Untuk Pengunjung Bukit dari Tahun Lalu

Di atas bukit penuh angin dan rerumputan yang subur, napas hanyalah napas. Terengah ketika mendaki, melambat setelah di puncak. Namun tanya tak akan lagi mengujar dan tatap hanya akan menjadi tatap. Atau malah nantinya akan memalingkan wajah.

Belum juga ada yang turun. Punggung-punggung masih rebah, angin masih mengantukkan. Mungkin hanya Tahun Baru berikutnya yang bisa memanggil mereka. Dengan senyum malu-malu dan penantian yang masih bergulir, bukit itu masih dipupuk.

Comments