Untuk Sang Dermawan

Ketika awan-awan membuatmu bernapas kembali di bawah langit usang tempatmu dulu beratap, di antara perkamen berisi rencana besar yang kau fermentasikan bertahun-tahun, adakah nama seseorang yang akan kau agungkan? Mari mengambil permisalan dengan sebuah metafora berwujud pesta dansa yang dihelat tengah malam, yang pada akhirnya berujung di kereta labu. 

Tidak, aku tak punya rencana semacam itu. Berpijak pada apa yang penuh adalah caraku seimbang selagi berpegangan pada apa yang hampa. Seperti sengaja membuat lubang pada kendi agar air lebih teratur mengalir. Aku, membuat lubang di petiku. Di dalamnya pernah ada pesta dansa dan sihir merah muda.

Namun kedua tanganku masih terbuka meminta sebongkah keyakinan, tak sedikitpun aku sesal pada masa. Ujar dan tawa telah terbagi akan kusimpan rapi. Seperti ilusi yang menjanjikan di sela rasa haus yang menyenangkan, aku masih akan memintanya lagi.

Comments