Untuk Pekarangan tanpa Jejak

Menggantungkan kesadaran di langit-langit di atas dua kepala, berisi kenyataan akan tiadanya muram durja setiap kali namamu tersebutkan, menjadi pola pikir baru yang patut dianut akhir pekan ini. Apa karena ujung-ujung jari ini dan ujung-ujung jari itu tak pernah menyentuh sekuntum bunga bersama-sama? Ataukah kemenangan memang datang dari dawai dan sajak yang selalu kau banggakan? Bisa memang tak akan meresap jika kita tak bermain-main dengan taringnya.

Namun diam dan pergi adalah hal yang sulit untuk disukai, apalagi ketika keduanya jadi satu. Rongga dada manusia mungkin hanya cukup disesakkan rasa aman, akan sobek jika ditumpahkan kenang-kenangan. Apatah daya yang sanggup mengubah kaki menjadi akar, serta ubun-ubun berfotosintesis? Tidak, kita tidak butuh itu saat ini. Ada yang menyenangkan dalam jarak dan bunga-bunga yang tak tersentuh.

Comments