Untuk Suaka Dua Orang

Persembunyianmu.

Mungkin sudah terlalu lama mengundangku. Mari kita namakan hutan. Atau gua. Atau lekuk danau yang tak pernah menghambat napas. Yang sesat, luas, terbuka, dan rahasia. Kedap suara, mungkin. Dengan udara beraroma sayup cemara dan dingin puncak-puncak bukit tak terkenal.

Ratusan kali matahari datang dan pergi. Dialog rasa madu premium dengan belai mahkota-mahkota rosela terujar. Sesekali menghentikan langkah yang takut, agar berdiri saja di tepi. Menanti alun selanjutnya, alun selanjutnya.

Tapi, persembunyianmu.

Seluas itu adanya, sesedikit itu terjelajah. Sia-sia adalah menahan tamumu lebih lama tanpa mengajaknya bicara. Sekeranjang penuh kerikil siap terbingkis di ambang jalan keluar, memberatkan langkah selamat tinggal yang entah kapan, entah kapan, akan bertamu kembali. Tapi perpisahan itu bukan hari ini. Tamumu masih ingin ikut bersembunyi.

Comments