Untuk Sebuah Buku yang Dibaca dari Belakang

Terbentang seutas nama tak familiar pada papan ceritera yang diperbarui berkala. Disusul doa dan seperangkat gosip pekat. Disusul sedimen dasar laut yang disibak ikan pari. Disusul rasa ingin sembunyi, semakin dalam di hutan tetangga.

Ah, masa muda. Aku merasa tua bernostalgia pada apa yang telah usang.

Namun doa toh tetap diterima. Lalu kau biarkan mereka menyajikan realita di masa yang akan datang dengan tangan mereka sendiri. Diplomatis, taktis. Aku terlanjur meragu.

Laut itu sudah beriak.

Comments